Ilustrasi; |
Tanggal
10 November 2013 dini hari, selepas melaksanakan sholat tahajud terdengar bunyi
notifikasi SMS di handphone. Setelah dilihat ternyata ada edaran dari Menkominfo
untuk serentak membunyikan sirine dan klakson pada pukul 08:15 selama 60 detik
lalu pada pukul 08:16 Mengheningkan Cipta untuk mengenang jasa Pahlawan Bangsa.
Hari ini bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Upacara kenegaraan di lingkungan pemerintahan dan organisasi kemasyarakatan dilaksanakan untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan bangsa yang telah gugur dalam menegakan NKRI. Tidak semua pahlawan teridentifikasi, dipulasara dan diberikan reward oleh negara. Masih banyak yang tidak dikenal, hilang tak berbekas, atau sama sekali tidak ada perhatian dari pihak yang seharusnya berkewajiban untuk mengurusnya. Banyak anak-anak dan keluarga para pahlawan yang hidupnya terlunta-lunta. Tidak mendapatkan perhatian bahkan jaminan sosial, dengan alasan tidak dapat memenuhi persyaratan normatif yang ditentukan.
Pahlawan tetap pahlawan, walau tidak mendapat perhatian, mereka tidak peduli, karena tidak membutuhkan lagi duniawi. Mudah-mudahan jasanya dapat menjadi tabungan dan amalan tidak terputus di hadapan Tuhan.
Ingatan
saya kembali pada masa kecil, 50 tahun yang lalu. Sebuah pertanyaan saya ajukan
kepada almarhum ayah saya, ketika di jalan depan rumah ada iring-iringan mobil
polisi dengan bunyi sirinenya. Sementara di belakang rombongan ramai orang-orang
mengikutinya.
“Bapak...,
ada apa dijalan?” tanya saya.
Bapak
menjawab dengan penjelasan yang bijak dan masuk akal bagi anak kecil seperti
saya: ”Itu rombongan petugas kepolisian.., mau mengadakan reka ulang kejadian
penembakan saudara Sukmadi oleh perampok beberapa waktu yang lalu. Lokasinya di
turunan Tambangan Kalianja. Perampok yang menembak sudah ketangkap, itu dibawa oleh
pak polisi kesana untuk menunjukan tempat dan kronologi penembakannya.
Selanjutnya hasil reka ulang itu akan dipakai untuk melengkapi Berita Acara
Penuntutan Pidana di Pengadilan oleh Jaksa Penuntut Umum”. “Saudara Sukmadi itu
pemuda pemberani dari Sokasada, waktu itu sedang melaksanakan tugas ronda
malam keliling kampung dan mengintai gerak-gerik mencurigakan dari orang asing yang gelagatnya akan merampok keluarga Kaki Yasa orang terkaya di Kedungbenda. Namun
karena Sukmadi hanya membawa Gobed (Golok), sedang perampok bersenjata pistol,
Sukmadi dikejar kawanan perampok sampai tanjakan Tambangan Kalianja dan ditembak”. “Karena transportasi dan jalan masih susah, sedang fasilitas kesehatan adanya di
Purbalingga yang berjarak 15 km dari tempat kejadian, nyawa Sukmadi tidak tertolong”.
“Jenazah Sukmadi dimakamkan di Pemakaman Umum Desa Sokasada. Suatu waktu pasti nanda
akan saya ajak nyekar ke sana untuk mendoakan”.
Di Pemakaman Umum Sokasada inilah Alm. Sukmadi diistirahatkan |
Ziarah
ke makamnya baru terlaksana beberapa tahun kemudian, dilakukan bersama-sama
dengan siswa satu Sekolah Rakyat Negeri Kedungbenda menjelang peringatan Hari Pahlawan.
Kebetulan saat itu bapak masih menjabat sebagai Kepala Sekolah.
Demikian
bapak mengenalkan dan menghargai para pahlawan dimulai dengan cara yang paling
sederhana dan dekat dengan lingkungannya. Cara bapak saya pikir cukup arif dan
mendidik, makanya selalu saya ingat sampai sekarang.
Peristiwa
heroik mengepung rampok ini telah berlalu lebih dari lima puluh tahun lamanya.
Namun di hari pahlawan ini rasanya saya anggap tepat untuk menuliskan peristiwa
ini agar generasi penerus tahu dan dapat menghargai pahlawan mulai dari
daerahnya sendiri. Sifat juang, keberanian untuk membela hak dan kebenaran
pastinya harus diteladani.
Kini
perubahan dan kemajuan Kedungbenda penuh dinamika, apalagi sebentar lagi akan
menjadi daerah yang terbuka di segala bidang. Oleh karena itu Desa ini membutuhkan
pemuda-pemudi seperti Sukmadi. Memelihara kesatuan dan persatuan, mengisi pembangunan dengan kreatifitas, menghindari perilaku negatif, dan belajar
terus untuk mengejar ketertinggalan selama ini.
Sukmadi,
jasamu ku kenang. Kau telah tiada, kini akan muncul Sukmadi-Sukmadi baru yang
cerdas dan tangguh.
By
Kang Wirya
0 komentar:
Posting Komentar