#
Motto Kedungbenda "Jempol" : Jujur - Eling - Mapan - Prigel - Open - Lancar
Home » » Karangsari, Budidaya Pertanian Sepanjang Tahun

Karangsari, Budidaya Pertanian Sepanjang Tahun

Written By Unknown on Kamis, 10 Januari 2013 | 15.37

Karangsari Makmur. 
Blok Karangsari dalam peta desa berupa gambar Jari Jempol.
Wilayah desa dikelilingi sungai Klawing yang bermata air di Gunung Slamet dan bermuara di Congot menyatu dengan aliran sungai Serayu di sebelah tenggara yang bermata air di Dieng Plateu.

Kontur tanah pada umumnya relatif rata dengan ketinggian  70-75 mdpl. Sebagian besar area terdiri dari tanah ladang berlempung (istilah setempat: Derik) yang dipakai untuk budidaya pertanian tanah kering dan sebagian lagi untuk pemukiman penduduk.

Sedang di lembah sungai Klawing memanjang dari batas desa Bokol di sebelah timur laut hingga wilayah barat laut yang di sebut Karangsari pada umumnya terdiri dari sawah dan ladang tadah hujan.

Pada musim hujan petak-petak sawah di Karangsari ditanami padi sawah, sedangkan ladangnya ditanami padi gogo, jagung, atau kacang tanah secara tumpangsari. Air pada musim hujan didapat dari tampungan air hujan atau pengairan teknis Kali Kacangan (dahulu dari Banjarcahyana, tetapi sering tidak kebagian oleh desa lain karena letaknya paling ujung dari saluran irigasi).

Tanaman tumpangsari Jagung dan Kacang tanah; tumbuh subur.
Pada musim kemarau pastinya tak ada air hujan atau air irigasi, sehingga pertanian tak dapat dikerjakan. Agar dapat menanam palawija seperti cabai merah/keriting, kedelai, terong, kacang tanah, kacang panjang, kacang tholo, mentimun, jagung sayur, singkong, atau tanaman lainnya yang cocok pada musim kemarau, petani berinisiatif menaikan air sungai Klawing dengan cara menyedot menggunakan pompa bertenaga mesin bensin atau mesin diesel.

Dahulu Petani menggunakan satu mesin diesel berkekuatan besar (5000cc/10.000 watt power), namun kurang efektif karena pompa diesel sulit untuk dipindah-pindah lokasinya. Selain berat, secara teknik bongkar-pasangnyapun ribet. Bahkan pernah juga dibuatkan bak-bak penampungan dari semen dengan ketinggian dua meter, dengan maksud agar pembagian air ke petak-petak sawah cukup menggunakan gaya gravitasi, namun terbengkelai karena tidak praktis. Berdasarkan kalkulasi biaya yang dikeluarkan, Petani lebih memilih mesin-mesin pompa kecil portable (500cc/500-1000watt power) karena mudah dimobilisasi untuk mendekati lahan yang akan diairi. Penyalur air yang digunakan tidak lagi menggunakan pipa PVC 4” tetapi pipa canvas 3” yang dapat digulung seperti pada alat pemadam kebakaran. Petani terbantu sekali dengan pipa seperti ini, tinggal panjangnya saja ditambah atau disesuaikan kebutuhan, lebih praktis dan efisien.

Tampak dikejauhan, ladang sedang dialiri air (Jawa = dibleng).
Karangsari boleh dikatakan paling subur diantara keseluruhan lahan pertanian yang ada. Luasnya hanya sekitar 5-7% dari keseluruhan tanah pertanian desa.

Pertanian Karangsari kerap menjadi percontohan dan menjadi juara. Bahkan lahan produktif yang dikelola kelompok tani Kuncungsari pada tahun 2007 menjadi Juara II tingkat Provinsi Jateng dalam Lomba Agribisnis Budidaya Komoditas Kedelai. Produk kedelai dari Desa Kedungbenda digunakan untuk mencukupi pasar lokal Purbalingga.

Oleh karena itu tidak heran kalau Pejabat setingkat Bupati atau Gubernur sering berkunjung ke sini untuk memulai acara panen raya, walau baru sebatas seremonial dan belum memberikan jalan keluar yang signifikan sesuai harapan dan kebutuhan petani.


Hasil Pertanian Karangsari bermutu baik, selain karena didukung oleh tanah subur dari limpahan sedimen sungai Klawing (Jawa=bladher), paparan sinar matahari cukup, angin tidak terlalu kencang, hama pertanian dapat terkendali, juga pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang ternak sapi atau kambing dari rumah masing-masing dengan jumlah cukup melimpah.

Hasil pertanian sebagian kecil untuk dikonsumsi sendiri, sisanya dijual ke pasar melalui tengkulak. Harga jual kepada tengkulak tentunya kurang bagus karena terlalu murah dan kurang imbang dibanding dengan biaya produksinya.

Apabila Petani dapat membawa sendiri komoditi pertaniannya ke pasar Sokaraja, Penican atau Pasar Segamas di Kota Purbalingga, mungkin harganya akan lebih baik.

Dengan dapat dibudidayakannya lahan sepanjang tahun, lahan yang hanya sebagian kecil dari seluruh wilayah desa telah dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keluarga petani, sehingga mereka dapat makan, berpakaian layak dan mencukupi biaya sekolah anak, walau hanya pas-pasan.

Memang Desa ini dilalui oleh sungai yang airnya melimpah, tetapi karena pemerintahan Desa dan Petani belum mempunyai cara yang tepat untuk dapat menaikan air sungai ke sawah dan ladang dengan biaya murah serta karena keterbatasan modal. Pemerintah daerah sendiri belum membantu mencarikan teknologi tepat guna yang hemat energi, praktis, efisien dan ramah lingkungan. Bahkan investor belum berani menanamkan modal untuk budidaya pertanian modern, padahal potensi produksi sangat menjanjikan.


Akses jalan ke Karangsari tertutup karena adanya proyek jembatan Linggamas.
Keinginan tinggal keinginan di awang-awang, entah kapan dapat terealisasi. Lahan cukup luas, kendalanya adalah distribusi air sungai yang belum ketemu jalan.

Mudah-mudahan ke depan, muncul putra-putra desa yang mempunyai kepedulian, menemukan teknologi tepatguna atau berinisiatif mengatasi hal ini, yaitu Pengairan yang murah, efisien, dan ramah lingkungan.

Suatu asa yang hanya dapat diraih dengan kegigihan.

By Kang Wirya

0 komentar:

Posting Komentar